Selasa, 5 Oktober 2021 – Media sosial menjasi tempat penyebaran informasi yang cepat dan banyak digunakan oleh semua orang diberbagai kalangan masyarakat. Dengan begitu, media sosial dibanjiri oleh berbagai informasi dari berbagai sumber yang dibaca dan dilihat oleh banyak orang. Informasi-informasi tersebut tentu tidak sepenuhnya benar dan berdasarkan dengan apa yang terjadi. Informasi yang tidak valid atau informasi palsu yang tidak bersumber biasanya dikenal dengan hoaks.

Dalam webinar ini, kita diajak untuk melawan hoaks dengan kiat-kiat yang diberikan oleh pembicara Farah Puteri Nahlia sebagai Anggota Komisi 1 DPR RI, Samuel A. Pangerapan sebagai Dirjen Aptika Kemkominfo RI, Verdy Firmantoro sebagai Dosen dan Analisis Komunikasi Politik.

Dalam webinar ini, Farah Puteri Nahlia menyampaikan bahwa penyebaran hoaks yag paling tinggi adalah melalui saluran media sosial yaitu sebanyak 92,40%. Ia memaparkan bagaimana ciri-ciri hoaks yang harus kita kenali agar tidak termakan hoaks adalah berita mengakibatkan kecemasan, permusuhan dan kebencian. Sumber berita tidak jelas, sering bermuatan fanatisme atas nama ideologi, judul dan kata pengantarnya provokatif dan biasanya berita seperti ini diminta untuk dishare dan diviralkan.

Beliau juga menyampaikan bahwa menyebarkan hoaks sudah diatur dalam undang-undang. UU ITE juga memiliki dampak positif yang bisa digunakan dalam etika media sosial. Beliau juga mengajak kepada kita agar berita hoaks yang tersebar di media sosial harus diwaspadai dengan tidak ikut membagikan berita tersebut agar tidak semakin menyebar.

Di akhir, Farah Puteri Nahlia memberikan tips agar kita tidak termakan dengan hoaks-hoaks yang beredar di media sosial. Pertama, jangan mudah terprovokasi, kedua baca sumber berita dan informasi berasal, ketiga perhatikan keaslian gambar dan video, keempat jangan sebarkan berita atau informasi tersebut jika belum jelas keasliannya.

Dirjen APTIKA Kemkominfo, Samuel A pangerapan, B.Sc, dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa kehadiran teknologi di dalam masyarakat membuat kita menghadapi distrupsi teknologi. Dalam kata sambutannya itu juga beliau memberikan saran untuk mengahadapi distrupsi itu kita sebagai masyarakat harus mempelajari hal yang paling penting pada era digital saat ini, yauitu paham akan literasi digital agar kita sebagai masyarakat bisa mengambil peranan penting dalam keadaan saat ini. Beliau mengtakan pada tahun 2020 KOMINFO Bersama Kata Data melakukan survey status literasi digital nasional dengan mengacu pada kerangka milik UNESCO, dari kajian tersebut menunjukkan bahwa indeks literasi Indonesia menunjukkan 3,47 dari sekala 1 – 4. Dalam hal tersebut menurutnya bahwa Indonesia masih berada dibagian sedikit di atas sedang, belum dalam keadaan yang baik.

Dalam webinar tersebut Verdy Firmantoro juga memberikan pemahaman tentang bagaimana informasi hoaks bisa muncul dikarenakan beberapa faktor. Pertama, adanya kepentingan politik tertentu. Biasanya ini digunakan oleh orang-orang yang berada dalam politik untuk kepentingan kelompok mereka. Kedua, orientasi bisnis, hal ini bisa dilihat dari banyaknya bisnis-bisnis yang menyebarkan informasi yang kurang akurat terhadap bisnisnya. Ketiga, kurangnya melek informasi atau literasi digital rendah. Beliau juga mengajak kita untuk beretika dalam menggunakan sosial media di mana kita di era kebebasan dituntut untuk tidak kebablasan, dengan memberikan informasi yang berkualitas.