Jakarta – Terkait dengan transisi perkembangan digital, masyarakat Indonesia termasuk cepat dalam beradaptasi. Disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi I dari Partai Demokrat, Anton Sukartono Suratto, bahwa pengguna internet di Indonesia sampai dengan Januari 2021 mencapai 202 jiwa dan selama pandemi traffic pengguna internet meningkat 15-25%. Mayoritas pengguna internet saat ini adalah generasi milenial dan generasi Z. Sebanyak 8 dari 10 generasi milenial dan generasi Z Indonesia telah terkoneksi internet dengan memiliki 40,1% akun aktif media sosial seperti Facebook dan Instagram. Namun, salah satu kelemahan yang terjadi di era digital adalah mudahnya masyarakat Indonesia dalam menyerap isu-isu yang ada di internet.
Beliau juga menyampaikan bahwa ciri-ciri ruang digital di Indonesia adalah borderless, aksesibilitas dimana setiap orang dapat mengakses internet dimanapun dan kapanpun, serta fitur anonymity untuk melindungi identitas pengguna. Selain itu, ruang digital juga mampu menyediakan wadah interaksi antar pengguna yang terjadi non-stop selama 24 jam dan juga rapidity dimana ruang digital memungkinkan pertukaran data dan informasi secara cepat.
Dalam sambutannya, Dirjen APTIKA Kemkominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, mengatakan bahwa salah satu aspek paling untuk menghadapi distrupsi teknologi adalah menciptakan masyarakat digital dimana kemampuan literasi adalah salah satu komponen yang dapat mendukung pencapaian tersebut. Kondisi Indonesia sendiri dalam status literasi digital nasional baru mencapai nilai 3,47 dari skala 1-4. Mengacu pada hasil tersebut, Indonesia masih berada dibagian sedikit di atas sedang, namun belum belum mencapai tingkat baik. Maka dari itu, penting untuk adanya kegiatan terkait edukasi literasi digital agar masyarakat menjadi sosok yang mampu berpikir cermat dan kritis dalam menanggapi informasi yang ada. Untuk mencapai tujuan ini, Kementerian KOMINFO bersama Siber Kreasi dan berbagai pemangku kepentingan terus berupaya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat Indonesia.
Salah satu strategi penting dalam membangun literasi digital adalah dengan menjadi masyarakat digital yang berbudaya Indonesia. Disampaikan oleh Widya Tarmizi selaku Key Opinion Leader/Social Media Enthusiast, penting bagi masyarakat untuk bisa cakap bermedia digital. Tentu saja, hal ini diperlukan untuk menghindari hoax, menjaga ruang pribadi, menghindari konflik, dan terhindar dari UU ITE. Oleh karena itu, beretika selama menggunakan internet menjadi penting apalagi dengan tetap menjunjung nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
Nilai berbudaya yang paling penting adalah tidak menyebarkan hoaks atau menjadi provokator. Sebagai pengguna media sosial, kita cukup mengikuti kasusnya tanpa perlu meninggalkan jejak apapun yang bisa menjadi sesuatu hal yang blunder. Penting untuk menahan dan mengontrol emosi untuk tidak menyebarkan berita yang kurang tepat. Jika kita senang meyebarkan hal-hal yang negatif, memunculkan narasi kebencian ataupun menyebarkan kebohongan maka kita tidak mencerminkan negara Indonesia sebagai negara yang ramah. Menurut beliau, saringlah informasi yang diterima sebelum sharing, dan posting yang penting bukan yang penting posting.