Grup band indie Delacroix Musik terbentuk di Yogyakarta pada 2017, meluncurkan single dan video lirik mereka berjudul “Nyanyian Sang Enggang”.

Lagu yang memaknai berbagai masalah dan keresahan terkait dengan situasi sosial saat ini, mulai dari persoalan politik, alam dan juga lingkungan.

Para personelnya, Alexander Haryanto (vokalis, gitar), Adi Wijaya  (piano, keyboard), Tito (drum) Rimanda Sinaga (gitar) Bornie (bass) pun mengungkap alasan mereka meluncurkan lagu ini.

“Masalah asap terjadi saban tahun, saat ini berada pada puncaknya, kebetulan sebagian dari kami berasal dari Kalimantan, jengah karena kami pernah merasakannya secara langsung,” kata Alexander Haryanto, Selasa (10/9/2019).

Bahkan, masalah ini turut melumpuhkan kegiatan belajar mengajar di sekolah. “Itu yang bikin kami iba,” lanjut dia.

“Nyanyian Sang Enggang,” diinterprestasi dari wujud burung Enggang, burung asal Kalimantan yang tinggal di hutannya, dihormati oleh suku Dayak. Tidak hanya manusianya saja yang terkena dampak kabut asap, spesies hewan lainya juga ikut menjadi korban.

“Di sisi lain, kami menolak untuk mengatakan masalah ini disebabkan oleh para peladang, karena para peladang ini sudah melakukan tradisi ini sejak ratusan tahun yang lalu dan mereka punya ritual sendiri agar tidak terjadi kebakaran secara masif,” ungkap Alex.

Lewat lagu ini, mereka ingin menyebarkan pesan kepada masyarakat untuk tidak pernah melupakan perjuangan untuk sesama seperti sosok Munir yang masih terus disuarakan sampai hari ini. Tak lupa juga sosok penyair WS Rendra, Widji Tukul dan Pramoedya Ananta Toer yang bicara soal kemanusiaan dalam karya-karyanya.

(release.)